Tugas

Jumat, 25 April 2014

RESENSI : Chairul Tanjung Si Anak Singkong



Judul               : Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Penulis             : Tjahja Gunawan Diredja
Penerbit           : PT Kompas Media Nusantara
Tahun Terbit    : 30 Juni 2012
Tebal               : xvi + 384 h; 15 cm x 23cm
ISBN               : 978-979-709-650-2

Buku ini ditulis Tjahja Gunawan Diredja wartawan harian kompas. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama, pendiri dan pemimpin umum harian Kompas. “saya termasuk orang yang mudah kagum dan mudah mengapresiasi anak muda yang sukses, anak muda yang kesuksesannya dirintis, dikembangkan, dan diperoleh berkat kerja keras, bekerja tuntas, jujur, punya komitmen, dan sedikit banyak di gerakkan ambisi”. Itulah petikan kalimat pengantar Jakob Oetama bahwa sosok Chairul Tanjung (CT) adalah pemuda yang memulai bisnisnya dengan kerja keras, ikhlas, dan jujur. Hal ini dirasa tidak berlebihan karna pada buku biografi yang bertajuk ‘Chairul Tanjung Si Anak Singkong’ yang diluncurkan tepat di usianya yang menginjak 50 tahun di paparkan bagaimana kehidupan seorang CT yang memulai usaha dari menjual es mambo untuk menambah biaya sekolah sampai mampu membangun kawasan wisata dan bisnis terpadu. Tidak banyak yang mengetahui perjalanan hidup Chairul Tanjung yang sesungguhnya. Bung CT dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1962. Dia adalah seorang pengusaha Indonesia yang menempati urutan ke-18 dalam daftar warga negara Indonesia terkaya. Beliau adalah Ketua dan pendiri CTCorp.
Buku ini diawali dengan kisah bagaimana di tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, waktu kecil CT tinggal di Gang Abu, Batutulis, kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat pada tahun 1970-an, adalah satu diantara lokasi terkumuh di Jakarta. Keadaan keuangan orang tua CT waktu itu terbatas tetapi CT mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya. Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan. Sang ibunda yang bernama Halimah sampai harus menggadaikan kain halus kepunyaannya buat membiayai kuliah pertama CT di Fakultas Kedokteran Gigi ( FKG ) kampus Indonesia ( UI ). Hal inilah yang di jadikan CT sebagai pelatuk atau cambuk untuk bertekad tidak akan merepotkan orang tua lagi dalam hidupnya.
Waktu menjadi mahasiswa di FKG UI CT harus mencari uang sendiri agar dapat membiayai keperluan kuliahnya. Dimulai membuka usaha foto copy yang bermodalkan kepercayaan, lantas masuk ke bisnis alat-alat kedokteran gigi untuk memenuhi keperluan rekan-rekannya, ia termasuk orang yang jeli melihat peluang, cekatan, jujur, loyal, senang berbagi, baginya sukses dalam hidup apabila banyak memberi manfaat bagi sesama hal ini yang membuat ia di senangi banyak teman, dosen  meski tak dapat dipungkiri ada yang tidak suka dengannya. Sambil menggerakkan bisnis CT juga aktif dalam urusan gerakan kemahasiswan, terbukti bahwa ia pernah menjadi ketua Ex-officio dewan mahasiswa UI. Lantas pada 1984, ia terpilih jadi koordinator mahasiswa se-jakarta. Pada tahun Yang sama, ia juga terpilih jadi mahasiswa teladan tingkat nasional, mengikuti kelompok teater, senang membac, hal ini karena CT sering menemui perihnya kehidupan sehingga ia lebih serius dalam memandang segala sesuatu.           
Selepas kuliah, CT sempat galau antara memilih menjadi dokter gigi atau meneruskan jiwa bisnisnya, setelah menerima beberapa pendapat CT mantap menapaki dunia bisnis. CT sempat membangun PT Pariarti Shindutama yang memproduksi sepatu anak-anak buat ekspor. Kepiawaiannya membangun jaringan membuat bisnisnya pun makin berkembang. Di bidang keuangan, ia mengambil alih bank Karman yang kini bernama bank Mega. Di bidang bisnis bidang penyiaran dan multimedia, ia juga berhasil membesarkan Trans tv. Lantas membeli Tv7 dan mengubah namanya jadi Trans7. kemudian membuat Trans Studio, satu diantaranya yaitu Trans Studio Mall yang ada di Makassar. CT mengembangkan Para Group, kemudian pada 1 desember 2011 mengganti nama perusahaannya menjadi CT Corp. Secara umum CT Corp terdiri atas tiga perusahaan subholding yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources. Mega Corp adalah perusahaan induk untuk jasa keuangan yang melayani masyarakat di sektor perbankan, asuransi, pembiayaan, dan pasar modal. Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak di bisnis media, gaya hidup, dan hiburan. Dalam perusahaan ini, terdapat dua stasiun TV, yaitu Trans TV dan Trans 7, portal berita Detik, dan perusahaan ritel Careefour. Selain itu juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan dan minuman, hotel, biro perjalanan, dan sejumlah department store yang menyediakan kebutuhan fashion merek terkenal dan high-end. Sedangkan CT Global Resources adalah perusahaan induk yang fokus pada bisnis perkebunan.
Dinilai berhasil di bidang bisnis, seorang konglomerat dan pemilik media massa, CT pernah ditawari lebih dari satu petinggi buat berhimpun di partainya. Tetapi bapak dua anak dan suami dari Anita Ratnasari ini menolak berhimpun di partai politik. Ia pilih kukuh dan fokus jadi entrepreneur. CT lebih tertarik berkecimpung dalam kerja-kerja sosial yang tanpa di ikuti embel-embel kepartaian hal ini ia buktikan dengan mendirikan Chairul Tanjung Foundation (CTF) yang menangungi lembaga-lembaga semisal Rumah Anak Mandiri (RAM) untuk siapa pun yang berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah.
Dalam buku ini, CT mengungkapkan bahwa kunci sukses salah satunya adalah ibu “bagi saya, ibu adalah segalanya.” CT percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu. “Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian CT berpendapat. CT juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang persoalan ekonomi, menggagas visi Indonesia 2030 dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha serta lika-liku kehidupannya.

Kelemahan :
Buku ini memiliki kertas yang kurang bagus warnanya kuning dan begitu tipis sehingga tidak begitu nikmat kalau dilihat, dan begitu pula dengan cover bukunya warna kurang begitu bagus, seharusnya menggunakan warna hijau atau biru agar pembaca dapat tertarik.


Keunggulan :

 Bahasa penuturan yang digunakan cukup menarik untuk di baca karena sederhana dan mudah dicerna berbagai kalangan . Buku ini memiliki cerita yang sangat menarik terutama nilai sosial yang bisa kita ambil yaknil yakni tentang anak yang sangat berbakti kepada ibunya . Ibunya menjadi motivasi untuk menjadi penyemangatnya dalamberusaha dan berjuang dan CT pun mendapatkan keberhasilannya.
CT ingin Memotivasi untuk setiap orang bahwa setiap orang bisa pengusaha bukan hanya karna faktor bakat dan warisan orang tua tetapi kerena kemampuan yang sering dilatih dan hasil perjuangan sendiri .terakhir ada satu filosofi/ideologi yang perlu di jadikan renungan yaitu "MENJADI PENGUSAHA BUKAN KARENA BAKAT ATAU KETURUNAN TETAPI KARENA KEMAUAN DAN KEMAMPUAN YANG TERUS DILATIH". 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar