Lahat memiliki icon nya sendiri yaitu bukit Selero atau biasa disebut bukit Jempol karena memiliki bentuk seperti ibu jari pemandangan diatas bukit Selero amant indah karena kita bisa melihat kota lahat yang di aliri sungai Lematang yang membentang di kota lahat .
Bukit Selero
(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVWNGsn0FrvlAunDHSASh39gnfuK_zD7pfM_uCc9Vxair8ZowHPEZ9D_bVeX35boi6p_vaOi5B4QR7PP4pKtsoAgsIg0Sh0eOUW7pX8Or7yvxccdOpxc08-vdW0RSH5o-Tc71v6YLi1YNX/s320/bukit+serelo+atau+gunung)
Dan Lahat memiliki kebudayaan seperti tari Rai-rai ,tari Tanggai ,tari Aku Ndek Sangke dan lain-lain. Serta ada pula kebudayaan yang berasal dari Gumay Talang suatu desa yang tidak jauh dari kota Lahat sekitar 12,5 Km , Gumay talang mempunyai acara adat yaitu Malam 14 yaitu acara adat yang berlangsung setiap bulan purnama , acara tersebut diadakan untuk menghormati leluhur terdahulu yang mendirikan Desa Gumay , sebenarnya Gumay itu terbagi atas tiga yaitu Gumay Uluh ,Gumay Lembak, Gumay Talang . tapi mengapa hanya Gumay Talang saja yang memiliki acara malam 14 dan Gumay yang lainnya mengadakan acara malam 14 di Gumay talang saya pun asih bingung ? hal itu masih menjadi tanda tanya besar bagi “saya” !Pada zaman doeloe! Gumay memiliki Tiga pemimpin Yaitu: Jurai Kebali’an , Raja dan Pangeran, Riye. Semua penguasa tersebut memiliki dan memegang kekuasaanya masing-masing seperti Jarai Kebali’an merupakan orang yang telah terpilih sejak lahir untuk memegang Adat dan menjalankan ada tersebut seperti malam 14 selanjutnya Raja dan pangeran mempunyai wewenang untuk pemerintahan dan biasanya telah menjadi pesirah selama 40 tahun baru bisa memegang kekuasaan tersebut pesirah itu kalau sekarang itu bisa dibilang seperti Camat dan memiliki wewenang sebagai hakim dan penentu suatu kebijakan pada eranya dulu! , Dan yang terakhir adalah Riye bisa dibilang kepalah desa yang memimpin desa .
Tapi sayangnya hanya Jurai kebali’an saja yang masih bertahan yang lain sudah terhapus dengan sistem pemerintah negara indonesia karena harus sesuai hukum Negera RI.
Tapi saya merasa sedih karena budaya dan lingkungan telah berubah seperti hutan yang mulai rusak semenjak adanya pertambangan batu bara. Dan aku berharap agar aku sebagai penerus desaku ini dapat membuat bangga desaku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar